Di saat satu dolar tembus angka Rp 12 ribu, maka salah satu solusi ampuh yang layak diusung adalah : mencari pekerjaan atau bisnis yang bayarannya pakai dolar. Cara ini mungkin jauh lebih baik daripada hanya bisa mengutuk keadaan dan mengeluh tanpa henti.
Berikut adalah sebuah kisah yang menggetarkan tentang semangat kegigihan untuk mengubah nasib. Sekeping kisah dramatis tentang mantan penjual susu keliling dari sebuah kota kecil di tanah air yang berjibaku mencari dolar, demi hidup yang lebih sejahtera.
Inilah kisah tentang daya juang yang terus menyala, spirit belajar yang terus berkibar, dan juga tentang alunan doa yang terus bergema.
Kisah ini bermuara pada dua kakak beradik bernama Arfian Fuadi (28 tahun) dan Arie Kurniawan (25 tahun). Dua-duanya hanyalah lulusan SMA (Arfian) dan SMK (Arie) di kota Salatiga.
Keduanya pernah diberitakan di berbagai media nasional karena berhasil menjadi pemenang nomer 1 lomba internasional tentang industrial design yang diadakan oleh General Electric, sebuah perusahaan top global. Dalam prosesnya, mereka mengalahkan ratusan peserta mancanegara, bahkan ada yang lulusan doktor Cambridge University.
Padahal, mereka berdua hanyalah lulusan SMA/SMK. Keajaiban memang acap lahir dari tempat yang tak terduga. Bukti bahwa : impossible is nothing.
Kemenangan itu hanyalah satu fase dari perjalanan panjang mereka menjadi technopreneur kelas dunia.
Arfian dan Arie dilahirkan dari keluargan miskin di sebuah kampung di kota Salatiga. Itulah kenapa mereka hanya sekolah sampai tingkat SMA. Tak ada biaya untuk kuliah.
Untuk menyambung hidup, Arfian sang kakak bekerja sebagai tenaga kontrak kantor pos dengan upah yang tak banyak. Sementara sang adik, Arie, bekerja sebagai tukang jual susu keliling, menyusuri gang demi gang demi menjajakan jualannya. Di tengah terik matahari yang kadang membakar.
Kehidupan yang pahit dan serba kekurangan harus dijalani. Apa boleh buat. Dunia kadang tidak seindah omongannya Mario Teguh.
Di sela-sela kesibukannya, mereka menekuni dunia yang menjadi passion mereka, yakni tentang dunia industrial design. Mereka belajar secara otodidak tentang 3D melalui komputer yang dipinjam dari saudaranya.
Spirit belajar secara otodidak – ini kepingan yang mungkin perlu terus dirajut jika Anda mau menjalani hidup dan bisnis yang sukses. Bukan sekedar membaca blog tak bermutu seperti yang tengah Anda baca ini. :(
Dari tabungannya yang dikumpulkan dengan susah payah, mereka akhirnya bisa membeli komputer sendiri, itupun yang kelas jangkrik. Kelas rakitan, sebab uang tabungan mereka tidak banyak.
Mereka tak sanggup membeli PC bermerk mahal, apalagi yang merek iMac atau Macbook Air – laptop mahal yang suka digunakan kaum kelas menengah kota yang sok keren itu.
Namun PC kelas KW3 yang dijalankan dengan semangat otodidak yang menyala, bisa lebih dahsyat hasilnya, dibanding Macbook yang digunakan sekedar untuk nggaya.
Begitulah, dengan komputer jangkrik itu, Arfian dan Arie belajar secara otodidak tentang CAD (computer aided design), autocad dan juga tentang 3D design.
Tentu komputer jangkriknya sering hang lantaran harus menjalankan program autocad yang rada kompleks. Namun dengan spirit kegigihan untuk mengubah nasib, mereka terus belari mengejar ilmu. Dengan komputer kelas KW3 yang kian berisik bunyi kipasnya.
Dengan semangat belajar otodidak yang menyala, mereka pelan-pelan bisa menghasilkan berbagai desain industrial yang layak jual, atau juga layak untuk memenuhi pesanan pelanggan.
Pertanyaannya : dari mana mereka bisa mendapatkan pesanan atas karya-karya mereka? Disinilah keajaiban internet kembali membentangkan jalannya.
Di malam hari Arfian dan Arie rajin ke warnet. Ditemani dua gelas kopi, mereka blusukan : menjelajah dunia maya. Menelusuri forum-forum marketplace dunia tentang industrial design dan mencoba memasarkan jasa desainnya ke pasar internasional.
Sekedar info : di internet ini ada ribuan worldwide marketplace dimana Anda bisa menjual dan memasarkan karya apa saja – mulai dari produk celana dalam, batu akik, jasa desain web, hingga jasa desain 3D printing seperti yang ditekuni Arfian dan Arie.
Dari forum marketplace dunia tentang jasa desain mesin dan industri itulah, mereka akhirnya mulai mendapatkan order pemesanan.
Berikut sejumlah contoh karya mereka yang ditampilkan di website mereka yang keren : www.DTech-Engineering.Com.
Dari testimoni para pelanggannya, terlihat bahwa hasil karya anak lulusan SMA/SMK ini memuaskan dan mengesankan hati pelanggannya. Coba kita baca contoh testimoninya yang amazing (dalam bahasa Inggris dong) :
“Fast, Accurate, Delivered on time to project specifications. A+++”
“Arfian was amazing. He was INCREDIBLY responsive to my needs and very informative and helpful. I will absolutely be referring him to others – and using again as needed. Thank you enormously Arfian!”
Prestasi menjadi juara I lomba internasional 3D Design membuat mereka makin kebanjiran order dari luar negeri. Di saat dolar terus melambung, ini mungkin berkah tersembunyi bagi mereka : mereka kian makmur karena bayarannya pakai mata uang dolar.
Berikut gambar Arfian (kiri) dan Arie dari ruang kerjanya yang sederhana.
arfian dan arie
Dari ruang kantornya yang bersahaja ini, lulusan SMA/SMK itu berhasil mengekspor jasa ilmunya ke pasar global. Sesuatu yang bahkan banyak lulusan S1 tidak sanggup melakukannya.
Kisah Arfian/Arie kembali menegaskan : spirit belajar tanpa henti dan kegigihan untuk berkarya adalah pilar kesuksesan.
Mereka lahir dari keluarga yang relatif miskin. Mereka dulu hanyalah tukang jaga kantor pos dan tukang jual susu keliling. Namun kini mereka telah menjadi technopreneur pasar global.
Arie suka mengenang masa lalunya yang pahit, saat ia harus keliling gang demi gang demi menjajakan jualan susunya. Di tengah terik matahari yang membakar.
Kalau ada kemauan, selalu ada jalan keluar untuk kehidupan yang lebih baik. Begitu Arie pernah bilang.
Gigih belajar secara otodidak, disertai dengan kerja keras dan doa yang terus bergema, adalah kunci keberhasilan, begitu ujar Arfian menambahkan.
Dari ruang kerjanya yang sederhana, Arfian dan Arie memandang masa depan dengan optimis. Mereka juga bilang : kalau kami yang hanya lulusan SMA bisa, mestinya kalian yang lulusan S1 juga bisa.
Sumber : strategimanajemen.net
0 comments :
Post a Comment